Pernahkah kita membaca suatu kata dalam Bahasa Indonesia yang salah dalam penulisannya ? Saya rasa sebagian dari kita mungkin pernah membacanya tetapi entah kenapa tidak menganggapnya sebagai suatu kesalahan bahkan menganggapnya sebagai suatu kecelakaan dalam penulisan.
Padahal jika kita mau merenungkannya lebih dalam lagi, kemungkinan besar yang menuliskannya pun tidak tahu bagaimana cara menuliskan kata itu. Sejauh artinya masih bisa dipahami, urusan benar atau salah dalam menulis, menjadi urutan paling belakang, mungkin begitu pikiran alam bawah sadarnya membenarkan ketidaktahuannya.
Baru-baru ini ketika saya berkunjung ke sebuah mal di daerah Bekasi, tiba-tiba pandangan saya tertumbuk pada sebuah tulisan yang terpampang di dinding gedung parkir mal tersebut. Judulnya “Pararel”.
Ketika membaca tulisan “Pararel”, asumsi saya, tulisan itu dibuat karena si penulisnya berangkat dari bagaimana kata tersebut dilafalkan oleh sebagian besar orang. Sayangnya asumsi saya ini salah total.
Ketika saya iseng-iseng mencoba untuk bertanya ke Paman Google dengan mengetik kata “Pararel” saya menemukan beberapa tulisan yang menggunakan kata tersebut. Bahkan saya menemukan 2 (dua) universitas ternama di Jakarta yang menuliskan kata “Paralel” dengan “Pararel”.
Saya jadi ingat diskusi kecil kedua anak saya ketika membaca kata tersebut. Mereka berdua serempak berkomentar, “Hahahaha …mana ada pararel dalam bahasa Indonesia.” Komentar yang kemduian berlanjut mendiskusikan kata “Atlet”. Si sulung bertanya kepada saya, mana penulisan yang benar, atlit atau atlet ? Belum sempat saya menjawab, si bungsu sudah mendahului saya, katanya “Kalau tidak salah sih, atlet. Aku pernah baca tulisannya. Buktinya Hotel Atlet saja ditulis “Atlet” bukan “Atlit”.
Dan karena rasa penasaran saya yang semakin meningkat, kata “Atlit” pun saya tanyakan ke Paman Google ? Hasilnya ? Lebih parah dari kata “Pararel”, kali ini pewarta berita yang menggunakan kata “Atlit” tersebut.
Saya jadi teringat sebuah buku berbahasa asing yang berjudul “Lost in Translation : Misadventures in English Abroad”. Buku “Lost in Translation” ini berisikan cuplikan kesalahan tata bahasa maupun kesalahan penulisan yang dilakukan di berbagai belahan dunia dimana bahasa Ibu mereka bukan bahasa Inggris. Di salah satu bagian buku tersebut, ada kisah tentang tulisan bahasa Inggris di sebuah hotel di Indonesia, alih-alih menuliskannya ‘sameday service’ ; si penulis menuliskannya ‘someday’. Pengucapannya memang agak mirip tetapi artinya bertolak-belakang.
Siapa pun yang membacanya akan tersenyum simpul dan mafhum bahkan kemungkinan besar akan menganggapnya sebagai sebuah kecelakaan penulisan.
Tetapi bagaimana halnya jika kesalahan tersebut justru terjadi ketika kita menggunakan bahasa Ibu kita sendiri ? Apakah kita akan mafhum juga ?
Entahlah. Namun satu hal yang pasti, tidak ada salahnya kita membuka Tesaurus Bahasa Indonesia atau membuka Kamus Besar Bahasa Indonesia untuk memastikan keabsahan penulisan suatu kata. Apalagi jika tulisan itu untuk publik.
Menjadi orang Indonesia bukan berarti kita pasti benar dalam menuliskan suatu kata. Saya pun hampir tergelincir, alih-alih menuliskan mafhum, saya malah menulis mahfum. Untung ada Tesaurus Bahasa Indonesia. Jika tidak ? Lengkap sudah Humor a la Indonesia …