Ada banyak cara yang disampaikan mereka – si pembuat resolusi – agar mereka dikuatkan dan diteguhkan sehingga mampu menuliskan saat tahun yang baru tersebut berakhir, entah lewat blog atau twitter, atau facebook. Salah satu rekan di kantor, bahkan menuliskan resolusinya di buku agenda kantornya, dengan alasan lebih mudah diingat dan dijalankan karena dibuka setiap hari.
Saya dan ternyata ada banyak juga teman-teman saya juga yang ternyata tidak memiliki resolusi apa pun untuk tahun yang baru ini.
Saya tidak tahu alasan teman-teman yang tidak memiliki resolusi apa pun, tapi bagi saya alasannya sederhana saja, dari hari ke hari, dari tahun ke tahun, kita tetap harus berniat mengalahkan hal-hal yang kita anggap sebagai penghalang kita menjadi manusia baru.
Benar bahwa memasuki tahun masehi yang baru, seperti menggunakan buku baru yang halamannya masih putih bersih, tetapi apa yang kita tuliskan sebenarnya sama, pelajaran yang kita catat pun sama, bahkan peristiwanya pun nyaris sama untuk tidak dikatakan sama. Yang berbeda hanyalah cara kita menyikapinya, rasa aka emosi yang menyertai peristiwa itu.
Dulu – bahkan tahun lalu – saya masih memiliki segudang resolusi, di antaranya dengan mencantumkan jumlah buku yang hendak saya baca di tahun 2013, jumlah buku yang berkurang dibandingkan tahun 2012. Tapi rupanya resolusi yang sudah saya perbaharui itu pun kandas di tiga bulan pertama saat tahun yang baru tersebut mulai menggulirkan bulan-bulannya.
Belajar dari kegagalan demi kegagalan yang saya alami dengan resolusi-resolusi tahun baru tersebut, dan setelah mendengarkan khotbah Romo menjelang tahun yang lama berakhir, saya pun menyadari bahwa kita tidak perlu menunggu tahun yang baru untuk membuat target baru, untuk menjadikan diri kita manusia yang lebih baik lagi, karena setiap hari adalah hari baru.
Kita tidak perlu menunggu 1 tahun untuk melihat kembali buku catatan kita, dan kemudian bersepakat dengan diri sendiri untuk membuat buku catatan baru kita penuh dengan tinta dan gambar yang berwarna-warni.
Kita bisa memulainya setiap saat, seperti saat kita bersekolah dulu, ketika kita merasa buku kita sudah tua, usang, kemudian kita membuangnya dan menggantinya dengan buku yang baru, dengan kertas yang indah, serta mengisinya dengan penuh kehati-hatian agar buku tersebut tidak bernasib seperti buku tua dan usang itu.
Kapan saat yang tepat, itu kembali lagi kepada diri kita sendiri, tergantung kepada disiplin yang kita terapkan pada diri kita sendiri, disiplin untuk berhenti sejenak, merenung, dan melihat buku catatan kita.
……. Selamat tahun baru …….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar