Beberapa waktu yang lalu ketika saya sedang mendiskusikan program loyalti untuk suatu produk, tiba-tiba salah seorang teman saya dari bagian sumber daya manusia mengajukan ide untuk mendisain program loyalti untuk karyawan perusahaan dimana saya bekerja.
Saya yang sedang berdiskui mengenai program loyalti tertegun sebentar sebelum mengajukan pertanyaan mendasar,'kenapa mendadak ingin mengadakan program tersebut.'
Saya tahu bahwa program loyalti tidak terbatas untuk konsumen saja tetapi juga bisa diterapkan pada karyawan suatu perusahan, tetapi tentu saja jenis program tersebut bukan poin reward, karena prinsip dari poin reward adalah memberikan reward kepada konsumen terhadap barang yang dibeli sehingga nantinya si konsumen - jika tertarik disamping senang menggunakan produk tersebut - diharapkan akan kembali lagi membeli produk tersebut dan tidak pindah ke lain hati.
Sementara untuk karyawan, tidak ada barang yang dibeli dari perusahaan. Justru karyawan itulah yang memberikan sesuatu atau dengan kata lain menjual pikiran dan tenaganya kepada perusahaan dan sebagai alat pembayarnya perusahaan tersebut memberikan gaji.
Nah, kembali ke topik alasan ingin mengadakan program poin reward tersebut, si rekan saya yang dari sumber daya manusia itu, tanpa jeda langsung menimpali pertanyaan saya. Katanya, program poin reward itu keliatannya ide menarik agar karyawan loyal bekerja di perusahaan tempat kita bekerja.
Saya tertegun sejenak sebelum mengeluarkan jurus senyum saya yang tidak pernah berhasil membuat atasan saya bertekut-lutut dan mengeluarkan kalimat ampuh saya, "Hah ? Gak salah tuh ? Kok poin reward sih ? Naikin aja gaji karyawan setiap kali, nanti juga loyal."
Tetapi kemudian - saat mobil saya terjebak macet - tiba-tiba ingatan saya kembali lagi ke percakapan dengan si rekan sumber daya manusia tadi.
Kalau nanti ternyata tiba-tiba si Presiden Direktur dari komunitas sableng ini tiba-tiba setuju, lalu apa kriteria pengumpulan poinnya ? Apa iya program poin reward pasti bisa membuat karyawan loyal ?
Ide untuk membuat karyawan loyal pada perusahaannya tentu saja suatu usaha yang patut mendapat acungan jempol. Tapi kenapa berpikirnya rumit sekali ya ?
Bagi saya, karyawan yang baik adalah karyawan yang loyal terhadap dirinya sendiri, karena dengan loyal terhadap dirinya sendiri, berarti dia akan memberikan totalitas terhadap tenaga dan pikirannya untuk mencapai target yang diterapkan perusahaan terhadap dirinya. Loyal terhadap diri sendiri berarti tidak akan membiarkan dirinya 'gagal' sehingga ujung-ujungnya tentu saja menguntungkan perusahaan disamping tidak akan merugikan dirinya sendiri sebagai seorang 'karyawan'.
Nah, lalu apa bedanya dengan saya loyal terhadap perusahaan saya ? Loyal terhadap perusahaan berarti apa pun yang terjadi saya tetap akan bekerja di perusahaan itu, walaupun ada kesempatan yang lebih bagus dari perusahaan lain, saya tetap tak bergeming. Cinta saya hanya kepada perusahaan itu. Cinta yang bagi saya membahayakan karena ketika perusahaan itu tiba-tiba mati, pastinya saya akan merana setengah mati.
Rasanya, saya ingin kembali dan berdebat dengan si rekan sumber daya manusia tadi, dan bertanya kriteria pengumpulan poinnya mau dilihat dari sisi apa, lama masa bekerja, lamanya menghabiskan waktu di kantor, waktu kedatangan, waktu kepulangan, tidak pernah sakit, tidak pernah izin ?
Sampai tahun jebot pun, andaikata kriteria tersebut di atas digunakan dan kemudian diterapkan, rasanya tingkat 'turn-over' perusahaan tersebut tidak akan berubah, mengalami peningkatan ya, tapi tidak akan mengalami penurunan.
Hari gini, coba deh introspeksi diri dulu, apakah saya sudah memberikan yang seharusnya kepada karyawan untuk membuat karyawan nyaman bekerja di perusahaan saya ?
Ah, namanya juga komunitas sableng, tidak heran ide-idenya juga sableng.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar